Rabu, 24 Februari 2016

KERTAS BATAK TERNYATA DIPAKAI DI KERAJAAN MAJAPAHIT (1345)

Dari catatan perjalanan Ibn Battuta, asal Maroko, yang sempat datang ke pulau Jawa dan Sumatra sekitar tahun 1345 ketika sedang dalam perjalanan menuju Cina, ternyata kertas batak (laklak) juga dipakai oleh Dyah Wiyat sebagai Bhre (raja bawahan) Daha.
Ketika Ibn Battuta diundang ke istana, Dyah Wiyat (putri kedua Raden Wijaya dari istri Gayatri, adik Tribuwanatunggadewi putri pertama R.Wijaya) berkata kepada abdinya "Dawat wa batak katur” yang berarti "ambil tinta dan kertas batak", untuk menulis/berkomunikasi dengan Ibn Battuta.

Pada saat itu rupanya kertas batak (laklak) juga digunakan di kerajaan Majapahit disamping daun lontar yang digunakan untuk menulis kitab Negarakrtagama.

"QUOTE (MULAI KUTIPAN) "It was during the reign of Rajadewi Dyah Wiyat as Bhre Daha that the Muslim Moroccan explorer Abu Abdullah Muhammad Ibn Battuta (Arabic: ??? ??? ???? ???? ??? ?????), or simply Ibn Battuta, who was known for his extensive travels published in the RIHLA (literally, "The Journey") visited Sumatra and Java on his way to China in 1345. As soon as I had saluted the princess, she said to me in the Turkish tongue
‘Husn misen yakhshi misen?’ which is as much as to say, ‘Are you well?
How do you do?’ and made me sit down beside her. This princess
could write the Arabic character well. She said to one of her servants,
‘Dawat wa batak katur,’that is to say, ‘Bring inks and and batak paper. "UNQUOTE (KUTIPAN SELESAI)".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.